Bacaan Talbiyah dikumandangkan, di teriak-teriakkan pagi itu. Sepintas, bukan lagi Ma'had Sunan Ampel Al-'Aly yang ada di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki Malang), tapi lebih mirip tanah suci (Subhanallah). Ya, itulah manasik haji Ma'had 2011. Bagi saudara-saudara yang belum tahu tentang UIN Maliki Malang atau Ma'had Sunan Ampel Al-Aly, mungkin bisa saya jelaskan di lain kesempatan.
Kami, Ibnu Kholdun(1 dari 4 mabna, istilah gedung asrama, selain Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Al Faroby) berangkat di rombongan terakhir, sehingga panasnya terik matahari dengan tanpa sungkan menyengat kulit kami. Namun, kami sadar, ini bukanlah tentang mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Tapi ini lebih kepada niat kami. Kami pun kuatkan dalam hati kami, "Ini belum ada apa-apanya dengan di Saudi Arabia, atau malah jauh bila di bandingkan dengan padang Mahsyar.
Manasik haji ini di balut dengan format lomba. Entah dengan Mahasantri yang lain, tapi saya pribadi merasa bangga, dan berdoa dalam hati, InsyaAllah, ini awal dari masa depanku.
Manasik haji adalah doa, begitulah kami memaknainya, walaupun tujuan awal kami untuk memenangkan lomba antar mabna itu, tapi Subhanallah, kami lupa akan tujuan kami itu. Semua bersemangat meneriakkan kalimat Talbiyah. Bukan menang lagi yang kami harapkan, tapi kami berharap, Allah mendengar niat kami, Inilah doa kami. Meskipun kesalahan di sana-sini, namun Alhamdulillah, tak terdengar satupun jamaaah yang mengeluh. Semua terhapus oleh semangat kebersamaan dan besarnya harapan, berangkat haji secepatnya,InsyaAllah.
Acara inti pada ibadah haji, wukuf, juga kami jalankan pada manasik haji hari itu. Duduk bersama dibawah teduhnya pohon besar di kampus kami. Bersama kami mendengarkan ceramah dari Ustadz Muzakky, yang terkenal dengan lelucon beliau. Sungguh tak terasa lelah sedikitpun. Tapi yang ada, semakin meledak-ledak keinginan kami, untuk merasakan ibadah haji yang sesungguhnya. InsyaAllah. Wallahumma Amiiiiin.
Kami, Ibnu Kholdun(1 dari 4 mabna, istilah gedung asrama, selain Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Al Faroby) berangkat di rombongan terakhir, sehingga panasnya terik matahari dengan tanpa sungkan menyengat kulit kami. Namun, kami sadar, ini bukanlah tentang mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Tapi ini lebih kepada niat kami. Kami pun kuatkan dalam hati kami, "Ini belum ada apa-apanya dengan di Saudi Arabia, atau malah jauh bila di bandingkan dengan padang Mahsyar.
Manasik haji ini di balut dengan format lomba. Entah dengan Mahasantri yang lain, tapi saya pribadi merasa bangga, dan berdoa dalam hati, InsyaAllah, ini awal dari masa depanku.
Manasik haji adalah doa, begitulah kami memaknainya, walaupun tujuan awal kami untuk memenangkan lomba antar mabna itu, tapi Subhanallah, kami lupa akan tujuan kami itu. Semua bersemangat meneriakkan kalimat Talbiyah. Bukan menang lagi yang kami harapkan, tapi kami berharap, Allah mendengar niat kami, Inilah doa kami. Meskipun kesalahan di sana-sini, namun Alhamdulillah, tak terdengar satupun jamaaah yang mengeluh. Semua terhapus oleh semangat kebersamaan dan besarnya harapan, berangkat haji secepatnya,InsyaAllah.
Acara inti pada ibadah haji, wukuf, juga kami jalankan pada manasik haji hari itu. Duduk bersama dibawah teduhnya pohon besar di kampus kami. Bersama kami mendengarkan ceramah dari Ustadz Muzakky, yang terkenal dengan lelucon beliau. Sungguh tak terasa lelah sedikitpun. Tapi yang ada, semakin meledak-ledak keinginan kami, untuk merasakan ibadah haji yang sesungguhnya. InsyaAllah. Wallahumma Amiiiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar