Saat iPhone pertama kali diluncurkan tahun 2007 silam, CEO Apple saat itu, Steve Jobs, mengatakan visinya yang akan mengubah ponsel menjadi layaknya komputer, dan akan menyingkirkan popularitas BlackBerry. Saat itu, BlackBerry memang di puncak kejayaan. Tak hanya sukses dalam hal penjualan, BlackBerry pun menjadi simbol status sosial seseorang.
Mendengar visi Steve Jobs saat itu, CEO Research in Motion Mike Lazaridis terkesan meremehkan Apple. Sebagai produsen BlackBerry, RIM mempertanyakan apa yang sudah dicapai Apple di pasaran.
"Berapa yang dimiliki Apple di pasaran? Jelas kecil," ucap Lazaridis ketika itu.
Pencapaian RIM saat itu memang membuktikan kejayaan BlackBerry. Nilai perusahaan RIM saat itu bahkan mencapai US$80 miliar atau sekitar Rp720 triliun.
Namun, RIM sekarang berada dalam ambang kerugian besar. Penjualan BlackBerry yang semakin merosot menjadikan nilai perusahaan RIM hanya di bawah US$13 miliar atau sekitar Rp117 triliun.
Gangguan sinyal yang dialami BlackBerry hingga empat hari pada pekan lalu juga mengancam makin jatuhnya reputasi RIM dan BlackBerry. Saat ini, penggemar BlackBerry mulai mempertimbangkan untuk mengganti smartphone mereka dengan smartphone yang lebih terjamin, baik soal jaringan atau keamanan data.
BlackBerry sebagai sebuah brand pun kini turun status. Jika sebelumnya berstatus "harus punya", sekarang berstatus "apakah saya harus punya?"
"Gangguan sinyal itu terjadi di saat yang benar-benar buruk. Ini melukai brand BlackBerry. Korporasi, pengguna, dan operator sekarang juga mulai bertanya-tanya: 'apakah RIM bisa dipercaya?" kata analis dari IDC, Francisco Jeronimo.
Kerusakan jaringan RIM juga terjadi di saat yang tidak tepat: Bersamaan dengan mulai dijualnya iPhone 4S di pasaran. "Kerusakan jaringan itu benar-benar terjadi di saat yang memberikan kesempatan. Dalam minggu yang sama dengan mulai tersedianya iPhone 4S di pasaran," ucap analis dari NPD Linda Barrabee.
Dalam wawancara dengan sejumlah reporter, eksekutif RIM memang telah meminta maaf atas gangguan jaringan. RIM juga telah mempublikasi video maaf mereka dalam situsnya. Namun, RIM menghindar saat ditanya apakah RIM akan mengganti kerugian pelanggan akibat kerusakan jaringan BlackBerry.
Reputasi RIM memang dipertaruhkan. Apalagi saat ini RIM mulai diremehkan dari persaingan smartphone, dengan makin mendominasinya Apple dan ponsel berbasis Android.
CNN pun mengungkap rahasia kecil BlackBerry: Secara teknis, tidak mungkin ponsel berbasis Android atau iPhone mengalami kerusakan jaringan seperti BlackBerry.
Mengapa? Karena saat ini RIM memiliki posisi layaknya perantara untuk semua email dan pesan teks BlackBerry. Seperti tukang pos, RIM mengambil pesan-pesan itu dari wireless carrier (penampung pesan), setelah itu baru diantar ke pengguna BlackBerry.
Sedangkan, Android dan iPhone tak perlu perantara, dan langsung mengantar pesan teks dan email dari server ke penggunanya.
Namun, RIM tidak melihat sistem perantara itu sebagai kelemahan. "Kami menjalankan secara global, lingkungan push (email) yang aman, yang menyediakan layanan instant messaging, yang menjadikan BlackBerry sangat bernilai," kata Mike Lazaridis.
Salah seorang praktisi komunikasi wireless, Sean Armstrong, juga tidak melihat sistem perantara RIM sebagai kelemahan. "Proses pengecekan email dengan BlackBerry telah selesai dilakukan dengan server RIM. Jadi RIM akan mengatasi semua proses pengantaran ke inbox Anda. Jika ada email baru, maka akan langsung diantarkan ke BlackBerry Anda," kata Sean Armstrong.
"Saat berjalan dengan baik, ini merupakan sistem yang hebat. Tapi, saat tidak berjalan baik, ini sebuah kegagalan besar," ucap Armstrong.
Mendengar visi Steve Jobs saat itu, CEO Research in Motion Mike Lazaridis terkesan meremehkan Apple. Sebagai produsen BlackBerry, RIM mempertanyakan apa yang sudah dicapai Apple di pasaran.
"Berapa yang dimiliki Apple di pasaran? Jelas kecil," ucap Lazaridis ketika itu.
Pencapaian RIM saat itu memang membuktikan kejayaan BlackBerry. Nilai perusahaan RIM saat itu bahkan mencapai US$80 miliar atau sekitar Rp720 triliun.
Namun, RIM sekarang berada dalam ambang kerugian besar. Penjualan BlackBerry yang semakin merosot menjadikan nilai perusahaan RIM hanya di bawah US$13 miliar atau sekitar Rp117 triliun.
Gangguan sinyal yang dialami BlackBerry hingga empat hari pada pekan lalu juga mengancam makin jatuhnya reputasi RIM dan BlackBerry. Saat ini, penggemar BlackBerry mulai mempertimbangkan untuk mengganti smartphone mereka dengan smartphone yang lebih terjamin, baik soal jaringan atau keamanan data.
BlackBerry sebagai sebuah brand pun kini turun status. Jika sebelumnya berstatus "harus punya", sekarang berstatus "apakah saya harus punya?"
"Gangguan sinyal itu terjadi di saat yang benar-benar buruk. Ini melukai brand BlackBerry. Korporasi, pengguna, dan operator sekarang juga mulai bertanya-tanya: 'apakah RIM bisa dipercaya?" kata analis dari IDC, Francisco Jeronimo.
Kerusakan jaringan RIM juga terjadi di saat yang tidak tepat: Bersamaan dengan mulai dijualnya iPhone 4S di pasaran. "Kerusakan jaringan itu benar-benar terjadi di saat yang memberikan kesempatan. Dalam minggu yang sama dengan mulai tersedianya iPhone 4S di pasaran," ucap analis dari NPD Linda Barrabee.
Dalam wawancara dengan sejumlah reporter, eksekutif RIM memang telah meminta maaf atas gangguan jaringan. RIM juga telah mempublikasi video maaf mereka dalam situsnya. Namun, RIM menghindar saat ditanya apakah RIM akan mengganti kerugian pelanggan akibat kerusakan jaringan BlackBerry.
Reputasi RIM memang dipertaruhkan. Apalagi saat ini RIM mulai diremehkan dari persaingan smartphone, dengan makin mendominasinya Apple dan ponsel berbasis Android.
CNN pun mengungkap rahasia kecil BlackBerry: Secara teknis, tidak mungkin ponsel berbasis Android atau iPhone mengalami kerusakan jaringan seperti BlackBerry.
Mengapa? Karena saat ini RIM memiliki posisi layaknya perantara untuk semua email dan pesan teks BlackBerry. Seperti tukang pos, RIM mengambil pesan-pesan itu dari wireless carrier (penampung pesan), setelah itu baru diantar ke pengguna BlackBerry.
Sedangkan, Android dan iPhone tak perlu perantara, dan langsung mengantar pesan teks dan email dari server ke penggunanya.
Namun, RIM tidak melihat sistem perantara itu sebagai kelemahan. "Kami menjalankan secara global, lingkungan push (email) yang aman, yang menyediakan layanan instant messaging, yang menjadikan BlackBerry sangat bernilai," kata Mike Lazaridis.
Salah seorang praktisi komunikasi wireless, Sean Armstrong, juga tidak melihat sistem perantara RIM sebagai kelemahan. "Proses pengecekan email dengan BlackBerry telah selesai dilakukan dengan server RIM. Jadi RIM akan mengatasi semua proses pengantaran ke inbox Anda. Jika ada email baru, maka akan langsung diantarkan ke BlackBerry Anda," kata Sean Armstrong.
"Saat berjalan dengan baik, ini merupakan sistem yang hebat. Tapi, saat tidak berjalan baik, ini sebuah kegagalan besar," ucap Armstrong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar